Selasa, 12 Januari 2016

CARA MUDAH DAN SEDERHANA DALAM PEMBUATAN KOMPOSTER RUMAH TANGGA

Persoalan sampah sudah menjadi persolan yang rumit terutama di wilayah perkotaan. Tumpukan  volume sampah rumah tangga baik sampah organik maupun sampah anorganik setiap harinya sudah menjadi pemandangan umum. Hal ini berdampak pada pembuangan sampah akhir (TPA) cepat habis, sementara perluasan TPA selalu mengalami kendala terutama pertentangan keras dari warga yang berdekatan. Memang bisa dimaklumi siapa yang mau setiap hari warga yang berdekatan dengan TPA mencium bau tidak sedap.
Teknologi pengelolaan sampah di TPA sudah banyak ditemukan, misalnya menggunakan insenerator, sampah dikelola sedemikian rupa sampai menghasilkan tenaga listrik. Hanya semua teknologi tersebut memerlukan biaya besar dalam membangun dan melakukan perawatan, yang tentunya memberatkan keuangan Pemkot /Pemerintah Darah (Pemda) setempat.

Ada cara yang efektif untuk mengurangi volume produksi sampah yaitu mengurangi volume sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga dapat dibuat pupuk oleh ibu-ibu rumah tangga dengan teknik fermentasi yang mudah dan sederhana, dapat juga dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat dalam membuat komposter dalam skala bisnis. Dengan berkurangnya sampah dari hulu yaitu rumah tangga akan berdampak pada berkurangnya tumpukan sampah di TPA. Selain itu, hasil pengelolaan sampah dengan cara fermentasi tersebut yang berupa kompos dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman di rumah warga. Dengan memakai pupuk buatan sendiri berarti sudah menghemat pengeluaran rumah tangga. Apalagi pembuatan kompos ini dikembangkan yang lebih besar lagi, sehingga menjadi produk kompos skala bisnis yang di kemas dan berlabel, akan mengdatangkan penghasilan yang cukup besar.
Cara Membuat Kompos Rumah Tangga
Secara alamiah sebenarnya sampah organik akan hancur sendiri terutama jika ditimbun di dalam tanah, karena akan mengalami penguraian oleh mikro organisme. Proses penguraian sampah sampai hancur memerlukan waktu yang lama, dan teknik menimbun sampah hanya bisa dilakukan di rumah yang memiliki kelebihan lahan. Sementara di wilayah perkotaan, lahan menjadi barang yang mahal dan tidak memungkinkan lagi dengan cara penimbunan sampah.
Ada cara yang mudah dan sederhana dalam menguraikan sampah organik dengan waktu yang relatif singkat, asal memenuhi persyaratan tentang kondisi suhu, udara, dan kelembaban. Dalam proses fermentasi tersebut sampah akan meningkat suhunya yang berarti mikroba beraktifitas, memproses  sampah menjadi kompos. Suhu yang optimal agar proses pengomposan berjalan baik harus dipertahankan pada 45C-65C. Jika terlalu panas, maka harus dibolak balik paling tidak dalam kurun waktu 1 minggu sekali. Pupuk organik bisa dilihat dengan dibolak-balik dalam tong komposter itu kemudian sudah telihat fermentasinya sehingga kondisi sampah sudah menjadi pupuk dengan kurun waktu 8 minggu.
Bahan-bahan dan Peralatan:
1.    Di dalam rumah (dapur) disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk tempat sampah organik (sayuran, kulit buah) dan sampah anorganik (plastik, kertas). Atau pada waktu memasak, agar sampah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik pada kantong plastik yang berbeda.
2.   Sediakan bak plastik atau drum yang dibawanya diberi lubang, untuk mengeluarkan kelebihan air. Agar kelembaban terjaga di atas bak/drum nantinya ditutup dengan goni, triplek atau karton
3.   Dasar bak/drum diberi tanah atau pasir untuk menyerap kelebihan air, dan tidak boleh kena air hujan dan kena sinar matahari langsung. Jadi hasus diletakan di bawah atap.

Cara Pembuatan:
1.    Campurkan sampah basah (sayuran, kacang-kacangan, kulit buah) dan sampah kering (dari dedaunan) yang telah dicacah kecil-kecil;
2.   Tambahkan sedikit kompos yang sudah jadi, tanah, dan dolomite (kapur), dan dipercikan air sedikit.  Campuran kompos, tanah dan dolomite tersebut mengandung mikroba yang akan merubah sampah menjadi kompos.
3.   Pembuatan kompos dapat dilakukan sekaligus atau secara berlapis setiap hari. Setelah dapat 1 minggu campuran di aduk-aduk secara merata.
4.   Pada minggu 1 dan minggu 2 mikroba bekerja mengurai sampah, sehingga suhu meningkat sekitar 40C.
5.    Pada minggu ke 5 dan minggu ke 6 suhu kembali normal, yang berarti proses pengomposan berhenti. Tanda kompos berhasil dengan baik, campuran menjadi kehitaman. Kompos tidak berhasil jika campuran basah dan berbau busuk.
6.   Sebaiknya kompos diayak dipisahkan kompos yang halus dengan yang kasar, kompos yang kasar dapat sebagai campuran dalam pembuatan kompos berikutnya.
7.   Proses pengomposan dapat berhasil dengan baik, jika dapat mengendalikan kondisi suhu, kelembaban, dan oksigen. Agar mikroba dapat berkembang biak dan memproses sampah secara optimal.
8.   Agar sampah lebih cepat berproses menjadi kompos dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan Efective Microorganism (EM-4) yang bisa dibeli di toko pertanian atau membuat sendiri.

Kegunaan Kompos
Kompos sangat efektif sebagai pengganti pupuk anorganik, yang selama ini banyak digunakan petani. Penggunaan pupuk anorganik mempunyai dampak yang kurang ramah lingkungan karena mengandung bahan-bahan kimia. Penggunaan kompos sangat ramah lingkungan karena dibuat dari bahan-bahan organik, seperti dedaunan, sayuran, kulit buah.dll. Cara mudah dan tidak perlu beaya selamat mencoba!