Persoalan
sampah sudah menjadi persolan yang rumit terutama di wilayah perkotaan.
Tumpukan volume sampah rumah tangga baik sampah organik maupun sampah
anorganik setiap harinya sudah menjadi pemandangan umum. Hal ini berdampak pada
pembuangan sampah akhir (TPA) cepat habis, sementara perluasan TPA selalu
mengalami kendala terutama pertentangan keras dari warga yang berdekatan.
Memang bisa dimaklumi siapa yang mau setiap hari warga yang berdekatan dengan
TPA mencium bau tidak sedap.
Teknologi
pengelolaan sampah di TPA sudah banyak ditemukan, misalnya menggunakan
insenerator, sampah dikelola sedemikian rupa sampai menghasilkan tenaga
listrik. Hanya semua teknologi tersebut memerlukan biaya besar dalam membangun
dan melakukan perawatan, yang tentunya memberatkan keuangan Pemkot /Pemerintah Darah (Pemda) setempat.
Ada
cara yang efektif untuk mengurangi volume produksi sampah yaitu mengurangi
volume sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga dapat dibuat pupuk oleh ibu-ibu
rumah tangga dengan teknik fermentasi yang mudah dan sederhana, dapat juga
dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat dalam membuat komposter dalam skala
bisnis. Dengan berkurangnya sampah dari hulu yaitu rumah tangga akan berdampak
pada berkurangnya tumpukan sampah di TPA. Selain itu, hasil pengelolaan sampah
dengan cara fermentasi tersebut yang berupa kompos dapat digunakan sebagai
pupuk organik untuk tanaman di rumah warga. Dengan memakai pupuk buatan sendiri
berarti sudah menghemat pengeluaran rumah tangga. Apalagi pembuatan kompos ini
dikembangkan yang lebih besar lagi, sehingga menjadi produk kompos skala bisnis
yang di kemas dan berlabel, akan mengdatangkan penghasilan yang cukup besar.
Cara Membuat Kompos Rumah Tangga
Secara
alamiah sebenarnya sampah organik akan hancur sendiri terutama jika ditimbun di
dalam tanah, karena akan mengalami penguraian oleh mikro organisme. Proses
penguraian sampah sampai hancur memerlukan waktu yang lama, dan teknik menimbun
sampah hanya bisa dilakukan di rumah yang memiliki kelebihan lahan. Sementara
di wilayah perkotaan, lahan menjadi barang yang mahal dan tidak memungkinkan
lagi dengan cara penimbunan sampah.
Ada cara
yang mudah dan sederhana dalam menguraikan sampah organik dengan waktu yang
relatif singkat, asal memenuhi persyaratan tentang kondisi suhu, udara, dan
kelembaban. Dalam proses fermentasi tersebut sampah akan meningkat suhunya yang
berarti mikroba beraktifitas, memproses sampah menjadi kompos. Suhu yang
optimal agar proses pengomposan berjalan baik harus dipertahankan pada 45C-65C.
Jika terlalu panas, maka harus dibolak balik paling tidak dalam kurun waktu 1
minggu sekali. Pupuk organik bisa dilihat dengan
dibolak-balik dalam tong komposter itu kemudian sudah telihat fermentasinya
sehingga kondisi sampah sudah menjadi pupuk dengan kurun waktu 8 minggu.
Bahan-bahan dan
Peralatan:
1. Di dalam rumah (dapur)
disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk tempat sampah organik
(sayuran, kulit buah) dan sampah anorganik (plastik, kertas). Atau pada waktu
memasak, agar sampah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik pada
kantong plastik yang berbeda.
2. Sediakan bak plastik atau
drum yang dibawanya diberi lubang, untuk mengeluarkan kelebihan air. Agar
kelembaban terjaga di atas bak/drum nantinya ditutup dengan goni, triplek atau
karton
3. Dasar bak/drum diberi
tanah atau pasir untuk menyerap kelebihan air, dan tidak boleh kena air hujan
dan kena sinar matahari langsung. Jadi hasus diletakan di bawah atap.
Cara Pembuatan:
1. Campurkan sampah basah
(sayuran, kacang-kacangan, kulit buah) dan sampah kering (dari dedaunan) yang
telah dicacah kecil-kecil;
2. Tambahkan sedikit kompos
yang sudah jadi, tanah, dan dolomite (kapur), dan dipercikan air sedikit.
Campuran kompos, tanah dan dolomite tersebut mengandung mikroba yang akan
merubah sampah menjadi kompos.
3. Pembuatan kompos dapat
dilakukan sekaligus atau secara berlapis setiap hari. Setelah dapat 1 minggu
campuran di aduk-aduk secara merata.
4. Pada minggu 1 dan minggu
2 mikroba bekerja mengurai sampah, sehingga suhu meningkat sekitar 40C.
5. Pada minggu ke 5 dan
minggu ke 6 suhu kembali normal, yang berarti proses pengomposan berhenti.
Tanda kompos berhasil dengan baik, campuran menjadi kehitaman. Kompos tidak
berhasil jika campuran basah dan berbau busuk.
6. Sebaiknya kompos diayak
dipisahkan kompos yang halus dengan yang kasar, kompos yang kasar dapat sebagai
campuran dalam pembuatan kompos berikutnya.
7. Proses pengomposan dapat
berhasil dengan baik, jika dapat mengendalikan kondisi suhu, kelembaban, dan
oksigen. Agar mikroba dapat berkembang biak dan memproses sampah secara
optimal.
8. Agar sampah lebih cepat
berproses menjadi kompos dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan Efective
Microorganism (EM-4) yang bisa dibeli di toko pertanian atau membuat sendiri.
Kegunaan
Kompos
Kompos sangat efektif
sebagai pengganti pupuk anorganik, yang selama ini banyak digunakan petani.
Penggunaan pupuk anorganik mempunyai dampak yang kurang ramah lingkungan karena
mengandung bahan-bahan kimia. Penggunaan kompos sangat ramah lingkungan karena
dibuat dari bahan-bahan organik, seperti dedaunan, sayuran, kulit buah.dll. Cara mudah dan tidak perlu beaya selamat mencoba!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar