Sabtu, 16 Agustus 2014

Ibu-Ibu PKK Mengolah Sampah Non-Organik

Adalah Ibu-ibu rumah tangga Rt.04 Rw.23 yang selalu beraktivitas tanpa lelah untuk memanfaatkan sampah rumah yang seringkali berakhir di TPS dan tak jarang berdampak pada polusi dan pencemaran lingkungan air,udara dan tanah. Beranggotakan 85 orang dalam 6 kelompok Dawis (dasawisma), Ibu-ibu ini memilah sampah yang sekiranya dapat didaur ulang atau dimanfaatkan kembali dengan cara menyimpannya terlebih dahulu di Bank Sampah Greenlife Center, Jl.Kepuh Asri, Kp.Sekip. Yuk kita tanya-tanya ke mereka apa sih itu Bank Sampah dan gimana ya cara pengelolaan sampah di kampung Sekip?

Sebenernya apa sih itu Bank Sampah dan apa manfaatnya?
Bank sampah di Rt.04 Rw 23 Kelurahan Kadipiro merupakan langkah ibu-ibu PKK RT dan PKK Dawis untuk mengurangi volume TPA dan membantu mengatasi permasalahan menumpukan sampah yang terus-menerus meningkat. Karena semakin banyak sampah yang beramburan jika tidak dikelola dengan baik yang berdampak buruk bagi lingkungan, sehingga di Rt.04 Rw 23 kami mendirikan Bank Sampah” GREEN LIFE CENTER”  dilingkungan Sekip Rt.04 Rw 23 Kel.Kadipiro

Nah mungkin masih ada yang lupa bu, Greenlife itu sendiri apa ya artinya?

Green itu  hijau / alami, Life itu hidup, Center itu sentral / pusat,  jadi Greenlife Center itu adalah pusat kehidupan alami yang bisa mengakomodasi permasalahan sampah dan isu-isu lingkungan lainnya khususnya di kampung Sekip.

Ada nggak sih bu manfaat Greenlife Center selain bagi kelangsungan hidup alam?

Tentu ada, pengelolaan Sampah dengan skala rumah tangga tentu dapat mempunyai nilai ekonomi sebagai tambahan penghasilan bagi masyarakat. Selain itu tentunya lingkungan kita akan lebih kelihatan enak dipandangm bersih sehat rapi dan indah.


Jadi kegiatannya nih apa aja bu?
Pertama-tama Ibu-ibu di rumahnya masing-masing akan melakukan pemilahan sampahnya terlebih dahulu, sampah yang dikelola adalah sampah organik maupun sampah anorganik dengan penerapan 3 R (Reduce=mengurangi, Reuse=menggunakan kembali, Recycle= mengolah kembali / daur ulang )

Setelah itu, di setiap hari Jum'at dan Minggu sore Ibu-ibu PKK berkumpul untuk menyetorkan sampah yang sudah terkumpul untuk kemudian ditabung di Bank Sampah GREEN LIFE CENTER.

















Foto : Kegiatan Ibu-Ibu Mulai Dari Mengumpulkan Sampah Hingga Menjadi Barang Kerajinan

Sampah organik akan diolah sebagai pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik seperti bungkus palstik, kaca, kain, kertas akan diolah kembali untuk dijadikan barang kerajinan yang nantinya akan mempunyai nilai jual. 

Nah pada hari-hari tertentu, Ibu-ibu juga diberi pelatihan dan workshop untuk pembuatan barang-barang kerajinan tersebut, sehingga mereka juga mempunyai skill/kemampuan untuk bisa mengolahnya sendiri suatu saat nanti di rumahnya masing-masing.

O gitu,,, ada gak sih bu kegiatan yang Ibu-ibu PKK ini lakukan di luar kegiatan kampung?
Ada mas, kita sering diundang ke acara-acara bazar, ekspo, pameran, workshop dan pelatihan dari dinas, jadi produk kita juga semakin dikenal oleh masyarakat luas.






























Foto : Kegiatan Ekspo dan Pameran Hasil Karya Bank Sampah RT 04

Wah-wah,,, keren juga yah, denger-denger kemarin baru saja dapat penghargaan, 
penghargaan apa nih bu?

Nah kebetulan bulan lalu ada lomba pemilihan kampung terbersih dan terbaik dari Provinsi Jawa Tengah, kampung kita dipercaya oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk dijadikan sebagai objek penilaian dari kampung-kampung lain yang ada. Alhamdulillah, Kelurahan Kadipiro yang juga kampung Sekip masuk di dalamnya berhasil memperoleh predikat terbaik di tingkat Provinsi. Nah ini nanti mudah-mudahan setelah tingkat provinsi juga akan berlanjut predikatnya ke tingkat nasional.










Foto : Kegiatan Penilaian dan Peninjauan Pemerintah Kota Dalam Lomba Kampung Percontohan

Wow selamat ya Ibu-ibu PKK Rt.04 Rw.23, semoga harapannya untuk menjadi juara nasional terkabul!
Amiiiin...

Demikian tadi sedikit ngobrol-ngobrol kami dengan Ibu-ibu PKK RT.04, gimana, terinspirasi? Yok kita sebarkan ide-ide menarik dan kreatif di lingkungan tinggal yang kita cintai!


Kamis, 03 Juli 2014

Dari Sampah Daun Ke Kas Kampung

Sampah daun bisa menjadi sumber pemasukan kampung?! Gimana caranya? Kan sampah daun ngga ada gunanya? Paling-paling buat makan kambing :D

Nah di Sekip, sampah daun ini punya nilai jual loh... Dengan tangan-tangan terampil Ibu-ibu PKK Rt04 Rw23 Sekip, sampah-sampah daun dan sampah organik rumah tangga yang biasanya dibuang begitu saja ke TPU tiap minggunya mereka kumpulkan jadi satu untuk kemudian diolah dan dikemas di GREENLIFE Center... Yuk kita ikuti ibu-ibu ini dalam mengolah sampah daun menjadi kas kampung!

Sampah-sampah rumah tangga yang biasanya terdiri dari tiga bagian yaitu : sampah organik, sampah plastik, dan sampah kaca dipisah dan dimasukkan ke dalam karung sampah yang telah dibagikan untuk tiap-tiap rumah yang ada di kampung Sekip. Tiap hari Jum'at dan Minggu, Ibu ketua RT mengkoordinir ibu-ibu PKK dan Dawis untuk mengumpulkan sampah-sampah yang bisa di daur ulang kembali untuk kemudia diolah menjadi Bank Sampah RT04. Nah Bank Sampah ini jenisnya macam-macam, ada yang pemanfaatan kertas, platik, kaca, kardus, daun dan lain-lain. Kali ini kita bahas yang sampah daun dulu ya,,, pemanfaatan sampah lainnya kita bahas di lain artikel.


Pemisahan Sampah Organik dan Anorganik

Kegiatan pemanfaatan daun dan sampah organik ini awalnya dikenalkan oleh Pak Suparman. Beliau mengajarkan kepada ibu-ibu PKK untuk memanfaatkan sampah-sampah yang biasanya terbuang ini untuk kemudian nanti dapat dimanfaatkan sebagai pemasukan kas rumah tangga mereka masing-masing. Karena skalanya masih belum terlalu luas dalam menjangkau seluruh warga, maka Pak Suparman beserta istri memutuskan untuk mengkoordinir sampah-sampah daun dari rumah tangga untuk kemudian dikumpulkan dan diolah bersama ibu-ibu PKK lainnya di Greenlife Center menjadi pupuk kompos organik. Nah caranya mudah, di Greenlife Center ada 5 tong yang berisi sampah daun mulai dari yang masih baru (fresh dari rumah tangga), yang masih dalam tahap pengolahan, sudah hampir siap pakai, hingga yang sudah benar-benar jadi dan terurai menjadi pupuk.


 Wahana Proses Komposting Sampah Daun

Nah daun-daun yang sudah terurai inilah yang kemudian siap dipack, dijual dan didistribusikan ke para penjual bunga dan pupuk di sudut-sudut kota Surakarta sebagai pupuk kompos organik yang murah dan tidak berbahaya bagi pertumbuhan tanaman. Hasil dari penjualan inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai kas RT... Gimana... seru bukan? Kegiatan pengelolaan sampah ini selain mempunyai dampak yang positif terhadap keuangan kampung, juga tentunya mengedukasi ibu PKK dan Dasawisma sebagai garda terdepan dalam rumah tangga untuk terlibat aktif dalam menjaga dan melestarikan lingkungan bumi yang nantinya akan diwariskan terhadap anak cucu kita.

Dari Kanan ke Kiri : Sampah daun belum terurai, Kompos setengah jadi, dan Kompos siap pakai.

Kemasan Pupuk Kompos Organik




Pupuk Organik Siap Dipasarkan

Di Balik GREENLIFE Center

Suparman,SH
Adalah Suparman.SH, bapak dari dua orang anak yang saat ini menjabat sebagai ketua RT04 RW23 Kampung Sekip menjadi pelopor keberadaan GreenLife di lingkungan yang dia bina saat ini. Sebelum menjadi ketua RT, Suparman.SH memang sudah aktif bekerja di lingkungan dinas BLH Kota Surakarta. Kiprahnya dalam menghijaukan kota Solo sering dia lakoni melalui pemberian penyuluhan gratis kepada warga-warga kampung dalam merawat, mempotensikan dan memberdayakan lingkungan melalui berbagai macam program dan kegiatan.

Hobi dan kepeduliannya dalam menjaga lingkungan ternyata bukan hanya sekedar teori. Di rumahnya sendiri sejak tahun 1995 dia sudah mencoba segala macam cara dalam memberdayakan lahan terbuka sebagai upaya penanggulangan banjir dan pemanfaatan sampah organik. Dengan bermodal bor biopori, dia melubangi tanah-tanah yang ada di halaman rumahnya untuk meningkatkan daya resap air pada tanah, sehingga resiko terjadinya penggenangan air (waterlogging) semakin kecil.

Cara Kerja Lubang Biopori

"Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini kemudian disebut dengan nama biopori" sumber : Wikipedia


Setelah menjabat sebagai ketua RT pada tahun 2014, Suparman bertekad untuk meneruskan hobi dan minatnya ini untuk dapat diaplikasikan oleh seluruh warga kampung. Jika dahulu tugasnya adalah memberi penyuluhan terhadap warga kampung di seluruh kota Surakarta, maka saat ini dia merasa terpanggil untuk menerapkannya di kampung yang dia bina sendiri. Berbekal tekad yang kuat maka Suparman saat ini menggunakan lahan dan sisi depan rumahnya sebagai "GREEN LIFE CENTER" yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh warga kampung RT 04. Di tempat inilah proses REDUCE, REUSE, dan RECYCLE diajarkan dan dipraktekkan oleh warga kampung. Pengolahan sampah organik sebagai kompos, serta pengolahan sampah anorganik sebagai barang kerajinan menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh Ibu-ibu PKK RT yang juga diketuai oleh istri beliau sendiri Ibu Farida Ariyani. Mau tahu bagaimana kegiatan ibu-ibu ini? Yuk kita ikuti artikel-artikel selanjutnya yah!



Pak Suparman Mempraktekkan Cara Kerja Bor Biopori
Kegiatan Green Life Center Kampung Sekip Rt.04 Rw.23


Rabu, 02 Juli 2014

Sejarah Kampung Sekip Solo

Kampung Sekip adalah sebuah kampung yang berada di kelurahan Kadipiro, kecamatan Banjarsari, kota Surakarta. Kampung yang terletak di bagian utara kota ini bisa dikatakan cukup luas jangkauannya jika dibanding kampung-kampung lain yang ada di kota Solo. Awalnya kampung Sekip bergabung dengan kampung Clolo, namun karena terlalu luasnya cakupan wilayah maka kampung Clolo kini terbagi menjadi dua, yaitu Clolo itu sendiri dan Sekip. Kata Sekip berasal dari bahasa Belanda "skip" yang artinya lapangan tembak. Pada awalnya kawasan ini memang merupakan lahan yang digunakan oleh para prajurit dan militer untuk berlatih menembak. Peluru-peluru para tentara sering mengarah ke kampung ini, sehingga jarak jangkauan peluru tersebutlah yang menjadi acuan batas kampung Sekip. Pada sekitar tahun 1980, peruntukan mayoritas lahan di kawasan ini dulunya adalah sebagai areal kebun dan persawahan. Fungsi persawahan kampung Sekip umumnya merupakan Tanah Bengkok bagi para punggawa desa.

"Tanah bengkok adalah bagian dari tanah desa yang merupakan Tanah Kas Desa. Jadi tanah tersebut diperuntukkan bagi gaji pamong desa, yaitu: Kepala Desa dan Perangkat Desa. Mereka mempunyai hak untuk memperoleh penghasilan dari atas tanah yang diberikan oleh desa untuk memelihara kehidupan keluarganya dengan cara mengerjakan hasilnya dari hasil tanah itu karena jabatannya, jika di lain waktu yang bersangkutan tidak lagi menjabat sebagai pamong desa, maka tanah bengkok tersebut menjadi tanah kas desa"  (sumber : http://irmadevita.com/2012/pengolaan-dan-pemanfaatan-tanah-bengkok).

Namun lambat laun dengan semakin padatnya penduduk kota Solo, maka tanah ini banyak yang dialih fungsikan sebagai hunian warga dengan cara sistem pengkaplingan. Dengan harga rata-rata per-meter Rp.200.000,- pada tahun 1990, tanah yang awalnya digunakan sebagai areal persawahan dan perkebunan kini sudah banyak berubah menjadi kawasan padat penduduk dengan harga tanah yang terus meningkat mencapai Rp.2.000.000,- per meter pada tahun 2014.

Kini kampung Sekip berubah wajah seperti halnya kampung-kampung yang ada di tengah kota. Munculnya bangunan gedung berlantai banyak, pertokoan, gudang, pabrik, masjid, pondok pesantren, gedung SD, SMP, dan SMA ternyata secara tidak langsung berakibat pada semakin menipisnya lahan terbuka hijau yang ada di kampung ini. Sehingga hal inilah yang kemudian membuat Ketua RT04 RW23 Sekip yang sekaligus menjabat sebagai pegawai BLH (Badan Lingkungan Hidup) Kota Surakarta memprakarsai sebuah gerakan "GREENLIFE" yang disosialisasikan dan dicanangkan kepada seluruh warga khususnya warga RT 04 dan umumnya kepada seluruh masyarakat kota melalui gerakan penghijauan sekaligus pemberdayaan sampah rumah tangga yang dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup lingkungan (sustainable). Lalu bagaimana dan apa saja kegiatan Greenlife di kampung Sekip? Yuuuk kita ikuti artikel selanjutnya "Sekip sebagai Kampung Greenlife"

Sudut Taman Dahlia RT04 RW 23 Kampung Sekip